JAKARTA, KOMPAS.com - Pernah bingung saat menerima resep dokter atau membaca obat yang dijual bebas? Jangan malu, Anda tidak sendiri. Beberapa nama obat memang kerapkali membuat kening berkerut. Supaya tidak salah, jenis obat di bawah ini bisa memandu Anda mengetahui obat apa yang sebenarnya diminum.
1. ACE inhibitor atau penghambat angiotensin converting enzim (ACE). Penghambat ACE ini merupakan kelompok obat untuk menurunkan tekanan darah.
2. Antasid dan alginates. Antasid digunakan untuk masalah dyspepsia atau maag. Beberapa jenis antasid bisa dijumpai tanpa membutuhkan resep.
3. Antibiotika. Juga dikenal sebagai antibakteri, merupakan jenis obat yang digunakan untuk masalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
4. Antidepresan. Sesuai dengan namanya, obat ini untuk mengatasi depresi. Ada beberapa jenis obat antidepresan. Namun, dua jenis yang sering digunakan, yaitu obat tricyclic seperti amitriptiline dan imipramine serta selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine.
5. ntihistamin. Dikenal sebagai obat untuk alergi, seperti demam dan beberapa jenis batuk dan pengobatan flu.
6. Benzodiazepine. Kelompok obat ini juga dikenal sebagai penenang minor dan sedatif. Yang banyak dikenal adalah diazepam (dengan nama valium) dan nitrazepam (dengan nama mogadon).
7. Beta-antagonist. Obat jenis itu misalnya inhaler yang digunakan untuk melegakan serangan asma, mengandung beta-antagonist.
8. Beta-blocker. Beta-adrenoreceptor sering disebut sebagai beta-blockers, bekerja untuk jantung dan sistem sirkulasi darah. Fungsinya, mengurangi tekanan darah.
9. Calcium-channel blockers. Obat ini digunakan untuk masalah yang berhubungan dengan jantung dan sistem peredaran darah, termasuk tekanan darah tinggi dan angina.
10. Kontrasepsi oral kombinasi. Merupakan salah satu dari banyak metode pencegahan kehamilan. Dinamakan demikian karena obat tersebut merupakan kombinasi dari dua jenis hormon perempuan, yaitu estrogen dan progesterone.
11. Obat untuk mata. Beberapa kelompok termasuk dalam obat untuk mata, seperti glaukoma. Ada lima jenis obat yang digunakan untuk pengobatan glaukoma, yaitu miotik, simpatomimetik, penghambat beta, penghambat karbonik anhydrase, dan latanoprost.
12. H2 antagonist. Ada beberapa jenis obat untuk mengobati luka lambung dan salah cerna. Satu yang terpenting adalah obat-obatan dari jenis H2 antagonist.
13. Hormone replacement therapy (terapi sulih hormon). Terapi ini direkomendasikan kepada perempuan saat dan pasca menopause.
14. Inhaler steroid. Obat inhaler jenis kortikosteroid atau steroid, digunakan untuk mencedah terjadinya gejala asma.
15. Laksatif. Terdapat beberapa jenis obat laksatif yang bekerja dengan berbagai cara untuk meredakan atau mencegah terjadinya konstipasi (sembelit), seperti jenis diuretik.
16. Nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat nonsteroid antiperadangan. Biasa digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Yang biasa digunakan adalah ibuprofen.
17. Parasetamol. Merupakan pereda nyeri. Kekuatannya hampir sama, tetapi tidak bekerja sebagai antiperadangan seperti aspirin.
18. Proton pump inhibitor, obat penghambat pompa proton. Merupakan jenis obat yang digunakan dalam mengobati luka pada lambung dengan menghambat produksi asam lambung.
19. Statin. Merupakan kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol darah.
20. Steroid topical. Kortikosteroid topical atau dikenal dengan krim steroid, digunakan pada kulit untuk meredakan eksim dan beberapa gangguan kulit lainnya. @diy
Kamis, 10 Desember 2009
Kamis, 03 Desember 2009
Pisang Membuat Otak Segar
Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat bila dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan.
Makanan ringan dari pisang sangat populer bagi masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang cukup populer antara lain kripik asal Lampung, sale (Bandung), molen (Bogor), dan epe (Makassar).
Ada laporan yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Asia Tenggara, Brasil, dan India. Di Asia Tenggara, pisang diyakini berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Pisang telah lama berkembang di India, yaitu sejak 500 tahun sebelum Masehi dan menyebar sampai ke daerah Pasifik.
Pisang berkembang subur pada daerah tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Karena itu, di daerah hujan turun merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Tidak heran, Indonesia, Kepulauan Pasifik, dan Brasil terkenal sebagai negara pengekspor pisang.
Namun, Indonesia tidak termasuk dalam 15 negara terbesar di dunia yang mengonsumsi pisang. Masyarakat di negara-negara Afrika dan Amerika Latin dikenal sangat tinggi mengonsumsi pisang setiap tahunnya.
Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.
Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Energi Instan
Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi daripada apel. Apel dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori.
Karbohidrat pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan energi.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.
Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya.
Glukosa darah terutama didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat. Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas biologis.
Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak.
Kaya Mineral
Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi, hampir seluruhnya (100 persen) dapat diserap tubuh.
Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang mencapai 2 miligram per 100 gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel, yang hanya mengandung 0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.
Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin).
Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari. @ DR. Ir. Faisal Anwar, MS
Staf Pengajar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB
Makanan ringan dari pisang sangat populer bagi masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang cukup populer antara lain kripik asal Lampung, sale (Bandung), molen (Bogor), dan epe (Makassar).
Ada laporan yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Asia Tenggara, Brasil, dan India. Di Asia Tenggara, pisang diyakini berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Pisang telah lama berkembang di India, yaitu sejak 500 tahun sebelum Masehi dan menyebar sampai ke daerah Pasifik.
Pisang berkembang subur pada daerah tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Karena itu, di daerah hujan turun merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Tidak heran, Indonesia, Kepulauan Pasifik, dan Brasil terkenal sebagai negara pengekspor pisang.
Namun, Indonesia tidak termasuk dalam 15 negara terbesar di dunia yang mengonsumsi pisang. Masyarakat di negara-negara Afrika dan Amerika Latin dikenal sangat tinggi mengonsumsi pisang setiap tahunnya.
Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.
Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Energi Instan
Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi daripada apel. Apel dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori.
Karbohidrat pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan energi.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.
Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya.
Glukosa darah terutama didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat. Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas biologis.
Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak.
Kaya Mineral
Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi, hampir seluruhnya (100 persen) dapat diserap tubuh.
Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang mencapai 2 miligram per 100 gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel, yang hanya mengandung 0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.
Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin).
Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari. @ DR. Ir. Faisal Anwar, MS
Staf Pengajar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB
Mengenang Bapak Sunda Oto Iskandar Di Nata, Misteri yang tak Kunjung Terkuak
DUA puluh Desember adalah waktu yang disepakati sebagai hari wafat Pahlawan Nasional Oto Iskandar di Nata (Otista). Namun, bagi orang Sunda, peristiwa itu tetap menyisakan tanya.
Misteri itu berawal pada 10 Desember 1945, ketika mantan Menteri Negara itu diculik Lasykar Hitam atas tuduhan sebagai mata-mata NICA. Sepuluh hari berselang, Otista dibunuh di Pantai Mauk Tangerang. Kasusnya mulai diselidiki pada 1951. Enam tahun kemudian, kasus itu disidangkan dan berakhir pada 1959. Moch. Mujitaba bin Murkam, salah seorang yang terlibat penculikan dan pembunuhan, kemudian dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Mengusut kasus Otista memang sulit dan sangat kompleks. Selain keterbatasan kemampuan aparat saat itu, penyelidikan yang baru dimulai lima tahun setelah kejadian, tentu saja mengganggu bahkan menghilangkan bekas dan bukti kasus.
Adalah Moch. Enduh, polisi yang sudah melakukan penyelidikan sejak 1951. Berkat kegigihan Komisaris Polisi II itu lah, Mujitaba berhasil ditangkap pada 1956. Pengadilan kasus Otista pun berlangsung alot. Setelah 12 orang saksi berhasil dihadirkan di muka sidang, Mujitaba terus membantah telah membunuh Otista. Namun, ia tak bisa menolak keterlibatannya dalam peristiwa itu.
Pengadilan dipimpin Hakim Raffli Rasad dan jaksa R. Sutisna, Sirin St. Pangeran, dan Priyatna Abdulrasyid, yang bertugas secara bergantian. Sementara itu, pembelanya ialah Harjono Tjokrosubeno. Kepada Jaksa Priyatna, Mujitaba sempat “bernyanyi” soal keterlibatan sejumlah orang yang saat itu telah menjadi tokoh nasional. Sayang, upaya Priyatna untuk melakukan pengusutan lebih lanjut ditolak pengadilan.
**
Upaya mencari kaitan kematian Otista dengan Lasykar Hitam ternyata tidak membuahkan hasil memuaskan. Lasykar Hitam hanyalah pelaku lapangan. Organ itu bergerak di bawah Direktorium pimpinan K.H. Achmad Chairun, yang saat itu (1945-1946), mengambil alih pemerintahan Tangerang. Kepentingan rezim Chairun ini juga lemah sebab mereka memisahkan diri dari RI. Untuk apa mereka menculik “pengkhianat” RI kalau mereka sendiri tidak mengakui RI.
Rezim Chairun lebih tepat dikatakan telah “diorder” untuk menculik Otista. Lalu ditugaskanlah Lasykar Hitam yang menjadi inti dari Pasukan Berani Mati pimpinan Syekh Abdullah. Belum ditemukan informasi yang kuat, siapa mastermind yang “mengorder” penculikan dan pembunuhan itu.
Asumsi pada skenario ini adalah sedikitnya pengetahuan para pelaku terhadap sosok Otista. Di pengadilan, hampir semua saksi mengaku tidak mengenal Otista sebelumnya, kecuali Djumadi yang anggota BKR. Mereka hanya dibekali informasi bahwa Otista adalah “Mata-mata musuh yang menjual kota Bandung satu miliun!” Tidak jelas apakah dalam bentuk gulden atau rupiah. Adanya tuduhan ini faktual karena diakui dalam proses pengadilan. Lalu, dari mana angka satu miliun itu?
Ketika tentara Jepang panik karena pasukan Sekutu sudah tiba di Indonesia, sebagian dari mereka kebingungan dengan sejumlah dana yang terkumpul pada masa pendudukan. Di antara dana itu ada yang diserahkan kepada sejumlah tokoh sebagai bekal perjuangan. Menurut sumber yang masih harus diverifikasi, Otista adalah salah seorang yang menerima dana titipan itu. Seorang Jepang yang kemudian membantu perjuangan gerilya RI, mengakui pernah menyerahkan sejumlah uang kepada Otista. Demikianlah kira-kira sebab musabab adanya tuduhan Otista punya uang 1 juta itu.
**
Dengan hilangnya Otista, Bandung dan Jawa Barat kehilangan salah seorang pemimpinnya yang paling penting. Kepemimpinan di Bandung pun jadi cerai-berai. Jawa Barat dipimpin orang non-Sunda, sementara tokoh Sunda malah jadi pemimpin di daerah lain. Kekuatan kaum nasionalis di Bandung seolah kehilangan arah dan tumpuan. Mereka terjebak dalam situasi saling curiga. Oleh karena itulah Sekutu “lebih mudah” menaklukkan Bandung.
Apakah Lasykar Hitam dan Direktorium rezim Achmad Chairun diuntungkan dengan perbuatannya? Tidak. Yang mereka lakukan terbukti sia-sia belaka dan tidak menambah apa pun untuk perjuangan Republik selain penyesalan. Mereka malah mengotori perjuangan Republik karena memisahkan diri. Dalam konteks perjuangan yang lebih luas mereka juga bagian dari korban. Korban provokasi tokoh yang berkhianat atau korban intelijen musuh.
Apakah –kalau benar ada– kawan Otista yang berkhianat itu yang beruntung? Tidak juga. Sejarah kemudian mencatat bahwa Otista tidak bersalah dan namanya sudah dipulihkan dengan pengangkatannya sebagai Pahlawan Nasional. Sebaliknya sang kawan itu mungkin sampai akhir hayatnya memendam rasa takut dan sesal. Perbuatannya terbukti hanya merusak kesatuan perjuangan Republik.
Lalu siapa yang rugi? Yang rugi adalah para pemimpin republik karena hubungan mereka dengan rakyat diputus oleh pagar betis pemuda dan amuk massa di setiap sudut kota. Kendali mereka menjadi sangat lemah. Begitu pula yang paling rugi dari hilangnya Otista adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik.
Hal itu diakui secara jujur oleh Presiden Sukarno (kantor berita Antara, 29/09/1950) bahwa Otista memang salah seorang putra Indonesia yang banyak sekali jasanya kepada tanah air dan bangsa. “Kalau umpamanya Tuan Oto sekarang ini masih hidup, sudah tentu beliau akan memberi lagi jasa-jasanya yang besar kepada negara kita ini dan banyak kesulitan yang kita hadapi sekarang ini lebih mudah diatasi.”
Kerugian juga dirasakan oleh warga Jawa Barat, masyarakat yang sejak awal 1930-an sudah dipersiapkan Otista untuk menyongsong kemerdekaan. Melalui Paguyuban Pasundan yang dipimpinnya sejak 1931, Otista terus-menerus menggelorakan semangat kemerdekaan melalui persatuan, kedisiplinan, dan kesungguhan bekerja. Kerugian orang Sunda atas hilangnya Otista itu tidak hanya dari aspek politik, tetapi juga dari aspek sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya.
Dari aspek sosial-pendidikan-ekonomi adalah kesulitan dalam menghidupkan kembali Paguyuban Pasundan. Sebagaimana diketahui, Paguyuban Pasundan ketika dibubarkan pada 1942 sedang dalam puncak keemasannya. Organisasi massa ini bergerak di banyak bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Ada rumah sakit dan sekolah. Ada koperasi dan perbankan. Ada penerbitan dan percetakan. Ada organisasi perempuan dan pemuda dan banyak hal lain lagi. Dalam aspek kebudayaan, kerugian orang Sunda adalah hilangnya keseimbangan kepemimpinan.
**
Apakah kita sudah cukup menghormati jasa Otista? Tokoh Sunda ini sudah jadi Pahlawan Nasional. Ia juga sudah jadi nama jalan-jalan protokol di berbagai kota besar dan kecil. Dari sisi formal mungkin sudah memadai. Akan tetapi dari sisi kepentingan yang lebih luas, untuk tumbuh kembangnya budaya Sunda ke depan, rasanya kita masih perlu untuk lebih memberi lagi penghormatan. Umpamanya, membuatkan sebuah museum yang didekasikan untuk mengenang jasa dan perjuangannya (Lihat Museum Oto Iskandar di Nata: Sebuah Mimpi).
Oto Iskandar di Nata hidup hampir tanpa cela dan mati sebagai syahid. Mengenang Otista adalah seperti mengisi kembali bahan bakar yang hampir habis. Totalitasnya pada perjuangan benar-benar berakhir pada titik darahnya yang penghabisan. Sebagaimana pernah diamanatkan Otista, “Perbuatan yang harus dan mesti kita kerjakan sudah tentu adalah berjuang untuk menang”. Itulah panduan generasi Sunda sekarang, berjuang dan menang.
Kongres Pemuda Sunda (5-7 November 1956), memproklamasikan Oto Iskandar di Nata sebagai Bapak Sunda. “Yen Dewi Sartika jeung Oto Iskandar di Nata kudu dipieling ku urang Sunda saban taun minangka Ibu jeung Bapa Sunda” (Bahwa Dewi Sartika dan Oto Iskandar di Nata harus diperingati oleh orang Sunda setiap tahun sebagai Bapak dan Ibu Sunda). Proklamasi itu benar adanya. Memang, sudah selayaknya kalau Otista dijadikan sebagai Bapak Sunda. (Iip D. Yahya, dari berbagai sumber) ***
Senin, 24 Desember 2007
sumber:http://klipingut.wordpress.com
Misteri itu berawal pada 10 Desember 1945, ketika mantan Menteri Negara itu diculik Lasykar Hitam atas tuduhan sebagai mata-mata NICA. Sepuluh hari berselang, Otista dibunuh di Pantai Mauk Tangerang. Kasusnya mulai diselidiki pada 1951. Enam tahun kemudian, kasus itu disidangkan dan berakhir pada 1959. Moch. Mujitaba bin Murkam, salah seorang yang terlibat penculikan dan pembunuhan, kemudian dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Mengusut kasus Otista memang sulit dan sangat kompleks. Selain keterbatasan kemampuan aparat saat itu, penyelidikan yang baru dimulai lima tahun setelah kejadian, tentu saja mengganggu bahkan menghilangkan bekas dan bukti kasus.
Adalah Moch. Enduh, polisi yang sudah melakukan penyelidikan sejak 1951. Berkat kegigihan Komisaris Polisi II itu lah, Mujitaba berhasil ditangkap pada 1956. Pengadilan kasus Otista pun berlangsung alot. Setelah 12 orang saksi berhasil dihadirkan di muka sidang, Mujitaba terus membantah telah membunuh Otista. Namun, ia tak bisa menolak keterlibatannya dalam peristiwa itu.
Pengadilan dipimpin Hakim Raffli Rasad dan jaksa R. Sutisna, Sirin St. Pangeran, dan Priyatna Abdulrasyid, yang bertugas secara bergantian. Sementara itu, pembelanya ialah Harjono Tjokrosubeno. Kepada Jaksa Priyatna, Mujitaba sempat “bernyanyi” soal keterlibatan sejumlah orang yang saat itu telah menjadi tokoh nasional. Sayang, upaya Priyatna untuk melakukan pengusutan lebih lanjut ditolak pengadilan.
**
Upaya mencari kaitan kematian Otista dengan Lasykar Hitam ternyata tidak membuahkan hasil memuaskan. Lasykar Hitam hanyalah pelaku lapangan. Organ itu bergerak di bawah Direktorium pimpinan K.H. Achmad Chairun, yang saat itu (1945-1946), mengambil alih pemerintahan Tangerang. Kepentingan rezim Chairun ini juga lemah sebab mereka memisahkan diri dari RI. Untuk apa mereka menculik “pengkhianat” RI kalau mereka sendiri tidak mengakui RI.
Rezim Chairun lebih tepat dikatakan telah “diorder” untuk menculik Otista. Lalu ditugaskanlah Lasykar Hitam yang menjadi inti dari Pasukan Berani Mati pimpinan Syekh Abdullah. Belum ditemukan informasi yang kuat, siapa mastermind yang “mengorder” penculikan dan pembunuhan itu.
Asumsi pada skenario ini adalah sedikitnya pengetahuan para pelaku terhadap sosok Otista. Di pengadilan, hampir semua saksi mengaku tidak mengenal Otista sebelumnya, kecuali Djumadi yang anggota BKR. Mereka hanya dibekali informasi bahwa Otista adalah “Mata-mata musuh yang menjual kota Bandung satu miliun!” Tidak jelas apakah dalam bentuk gulden atau rupiah. Adanya tuduhan ini faktual karena diakui dalam proses pengadilan. Lalu, dari mana angka satu miliun itu?
Ketika tentara Jepang panik karena pasukan Sekutu sudah tiba di Indonesia, sebagian dari mereka kebingungan dengan sejumlah dana yang terkumpul pada masa pendudukan. Di antara dana itu ada yang diserahkan kepada sejumlah tokoh sebagai bekal perjuangan. Menurut sumber yang masih harus diverifikasi, Otista adalah salah seorang yang menerima dana titipan itu. Seorang Jepang yang kemudian membantu perjuangan gerilya RI, mengakui pernah menyerahkan sejumlah uang kepada Otista. Demikianlah kira-kira sebab musabab adanya tuduhan Otista punya uang 1 juta itu.
**
Dengan hilangnya Otista, Bandung dan Jawa Barat kehilangan salah seorang pemimpinnya yang paling penting. Kepemimpinan di Bandung pun jadi cerai-berai. Jawa Barat dipimpin orang non-Sunda, sementara tokoh Sunda malah jadi pemimpin di daerah lain. Kekuatan kaum nasionalis di Bandung seolah kehilangan arah dan tumpuan. Mereka terjebak dalam situasi saling curiga. Oleh karena itulah Sekutu “lebih mudah” menaklukkan Bandung.
Apakah Lasykar Hitam dan Direktorium rezim Achmad Chairun diuntungkan dengan perbuatannya? Tidak. Yang mereka lakukan terbukti sia-sia belaka dan tidak menambah apa pun untuk perjuangan Republik selain penyesalan. Mereka malah mengotori perjuangan Republik karena memisahkan diri. Dalam konteks perjuangan yang lebih luas mereka juga bagian dari korban. Korban provokasi tokoh yang berkhianat atau korban intelijen musuh.
Apakah –kalau benar ada– kawan Otista yang berkhianat itu yang beruntung? Tidak juga. Sejarah kemudian mencatat bahwa Otista tidak bersalah dan namanya sudah dipulihkan dengan pengangkatannya sebagai Pahlawan Nasional. Sebaliknya sang kawan itu mungkin sampai akhir hayatnya memendam rasa takut dan sesal. Perbuatannya terbukti hanya merusak kesatuan perjuangan Republik.
Lalu siapa yang rugi? Yang rugi adalah para pemimpin republik karena hubungan mereka dengan rakyat diputus oleh pagar betis pemuda dan amuk massa di setiap sudut kota. Kendali mereka menjadi sangat lemah. Begitu pula yang paling rugi dari hilangnya Otista adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik.
Hal itu diakui secara jujur oleh Presiden Sukarno (kantor berita Antara, 29/09/1950) bahwa Otista memang salah seorang putra Indonesia yang banyak sekali jasanya kepada tanah air dan bangsa. “Kalau umpamanya Tuan Oto sekarang ini masih hidup, sudah tentu beliau akan memberi lagi jasa-jasanya yang besar kepada negara kita ini dan banyak kesulitan yang kita hadapi sekarang ini lebih mudah diatasi.”
Kerugian juga dirasakan oleh warga Jawa Barat, masyarakat yang sejak awal 1930-an sudah dipersiapkan Otista untuk menyongsong kemerdekaan. Melalui Paguyuban Pasundan yang dipimpinnya sejak 1931, Otista terus-menerus menggelorakan semangat kemerdekaan melalui persatuan, kedisiplinan, dan kesungguhan bekerja. Kerugian orang Sunda atas hilangnya Otista itu tidak hanya dari aspek politik, tetapi juga dari aspek sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya.
Dari aspek sosial-pendidikan-ekonomi adalah kesulitan dalam menghidupkan kembali Paguyuban Pasundan. Sebagaimana diketahui, Paguyuban Pasundan ketika dibubarkan pada 1942 sedang dalam puncak keemasannya. Organisasi massa ini bergerak di banyak bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Ada rumah sakit dan sekolah. Ada koperasi dan perbankan. Ada penerbitan dan percetakan. Ada organisasi perempuan dan pemuda dan banyak hal lain lagi. Dalam aspek kebudayaan, kerugian orang Sunda adalah hilangnya keseimbangan kepemimpinan.
**
Apakah kita sudah cukup menghormati jasa Otista? Tokoh Sunda ini sudah jadi Pahlawan Nasional. Ia juga sudah jadi nama jalan-jalan protokol di berbagai kota besar dan kecil. Dari sisi formal mungkin sudah memadai. Akan tetapi dari sisi kepentingan yang lebih luas, untuk tumbuh kembangnya budaya Sunda ke depan, rasanya kita masih perlu untuk lebih memberi lagi penghormatan. Umpamanya, membuatkan sebuah museum yang didekasikan untuk mengenang jasa dan perjuangannya (Lihat Museum Oto Iskandar di Nata: Sebuah Mimpi).
Oto Iskandar di Nata hidup hampir tanpa cela dan mati sebagai syahid. Mengenang Otista adalah seperti mengisi kembali bahan bakar yang hampir habis. Totalitasnya pada perjuangan benar-benar berakhir pada titik darahnya yang penghabisan. Sebagaimana pernah diamanatkan Otista, “Perbuatan yang harus dan mesti kita kerjakan sudah tentu adalah berjuang untuk menang”. Itulah panduan generasi Sunda sekarang, berjuang dan menang.
Kongres Pemuda Sunda (5-7 November 1956), memproklamasikan Oto Iskandar di Nata sebagai Bapak Sunda. “Yen Dewi Sartika jeung Oto Iskandar di Nata kudu dipieling ku urang Sunda saban taun minangka Ibu jeung Bapa Sunda” (Bahwa Dewi Sartika dan Oto Iskandar di Nata harus diperingati oleh orang Sunda setiap tahun sebagai Bapak dan Ibu Sunda). Proklamasi itu benar adanya. Memang, sudah selayaknya kalau Otista dijadikan sebagai Bapak Sunda. (Iip D. Yahya, dari berbagai sumber) ***
Senin, 24 Desember 2007
sumber:http://klipingut.wordpress.com
Mengenang Bapak Sunda Oto Iskandar Di Nata, Misteri yang tak Kunjung Terkuak
DUA puluh Desember adalah waktu yang disepakati sebagai hari wafat Pahlawan Nasional Oto Iskandar di Nata (Otista). Namun, bagi orang Sunda, peristiwa itu tetap menyisakan tanya.
Misteri itu berawal pada 10 Desember 1945, ketika mantan Menteri Negara itu diculik Lasykar Hitam atas tuduhan sebagai mata-mata NICA. Sepuluh hari berselang, Otista dibunuh di Pantai Mauk Tangerang. Kasusnya mulai diselidiki pada 1951. Enam tahun kemudian, kasus itu disidangkan dan berakhir pada 1959. Moch. Mujitaba bin Murkam, salah seorang yang terlibat penculikan dan pembunuhan, kemudian dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Mengusut kasus Otista memang sulit dan sangat kompleks. Selain keterbatasan kemampuan aparat saat itu, penyelidikan yang baru dimulai lima tahun setelah kejadian, tentu saja mengganggu bahkan menghilangkan bekas dan bukti kasus.
Adalah Moch. Enduh, polisi yang sudah melakukan penyelidikan sejak 1951. Berkat kegigihan Komisaris Polisi II itu lah, Mujitaba berhasil ditangkap pada 1956. Pengadilan kasus Otista pun berlangsung alot. Setelah 12 orang saksi berhasil dihadirkan di muka sidang, Mujitaba terus membantah telah membunuh Otista. Namun, ia tak bisa menolak keterlibatannya dalam peristiwa itu.
Pengadilan dipimpin Hakim Raffli Rasad dan jaksa R. Sutisna, Sirin St. Pangeran, dan Priyatna Abdulrasyid, yang bertugas secara bergantian. Sementara itu, pembelanya ialah Harjono Tjokrosubeno. Kepada Jaksa Priyatna, Mujitaba sempat “bernyanyi” soal keterlibatan sejumlah orang yang saat itu telah menjadi tokoh nasional. Sayang, upaya Priyatna untuk melakukan pengusutan lebih lanjut ditolak pengadilan.
**
Upaya mencari kaitan kematian Otista dengan Lasykar Hitam ternyata tidak membuahkan hasil memuaskan. Lasykar Hitam hanyalah pelaku lapangan. Organ itu bergerak di bawah Direktorium pimpinan K.H. Achmad Chairun, yang saat itu (1945-1946), mengambil alih pemerintahan Tangerang. Kepentingan rezim Chairun ini juga lemah sebab mereka memisahkan diri dari RI. Untuk apa mereka menculik “pengkhianat” RI kalau mereka sendiri tidak mengakui RI.
Rezim Chairun lebih tepat dikatakan telah “diorder” untuk menculik Otista. Lalu ditugaskanlah Lasykar Hitam yang menjadi inti dari Pasukan Berani Mati pimpinan Syekh Abdullah. Belum ditemukan informasi yang kuat, siapa mastermind yang “mengorder” penculikan dan pembunuhan itu.
Asumsi pada skenario ini adalah sedikitnya pengetahuan para pelaku terhadap sosok Otista. Di pengadilan, hampir semua saksi mengaku tidak mengenal Otista sebelumnya, kecuali Djumadi yang anggota BKR. Mereka hanya dibekali informasi bahwa Otista adalah “Mata-mata musuh yang menjual kota Bandung satu miliun!” Tidak jelas apakah dalam bentuk gulden atau rupiah. Adanya tuduhan ini faktual karena diakui dalam proses pengadilan. Lalu, dari mana angka satu miliun itu?
Ketika tentara Jepang panik karena pasukan Sekutu sudah tiba di Indonesia, sebagian dari mereka kebingungan dengan sejumlah dana yang terkumpul pada masa pendudukan. Di antara dana itu ada yang diserahkan kepada sejumlah tokoh sebagai bekal perjuangan. Menurut sumber yang masih harus diverifikasi, Otista adalah salah seorang yang menerima dana titipan itu. Seorang Jepang yang kemudian membantu perjuangan gerilya RI, mengakui pernah menyerahkan sejumlah uang kepada Otista. Demikianlah kira-kira sebab musabab adanya tuduhan Otista punya uang 1 juta itu.
**
Dengan hilangnya Otista, Bandung dan Jawa Barat kehilangan salah seorang pemimpinnya yang paling penting. Kepemimpinan di Bandung pun jadi cerai-berai. Jawa Barat dipimpin orang non-Sunda, sementara tokoh Sunda malah jadi pemimpin di daerah lain. Kekuatan kaum nasionalis di Bandung seolah kehilangan arah dan tumpuan. Mereka terjebak dalam situasi saling curiga. Oleh karena itulah Sekutu “lebih mudah” menaklukkan Bandung.
Apakah Lasykar Hitam dan Direktorium rezim Achmad Chairun diuntungkan dengan perbuatannya? Tidak. Yang mereka lakukan terbukti sia-sia belaka dan tidak menambah apa pun untuk perjuangan Republik selain penyesalan. Mereka malah mengotori perjuangan Republik karena memisahkan diri. Dalam konteks perjuangan yang lebih luas mereka juga bagian dari korban. Korban provokasi tokoh yang berkhianat atau korban intelijen musuh.
Apakah –kalau benar ada– kawan Otista yang berkhianat itu yang beruntung? Tidak juga. Sejarah kemudian mencatat bahwa Otista tidak bersalah dan namanya sudah dipulihkan dengan pengangkatannya sebagai Pahlawan Nasional. Sebaliknya sang kawan itu mungkin sampai akhir hayatnya memendam rasa takut dan sesal. Perbuatannya terbukti hanya merusak kesatuan perjuangan Republik.
Lalu siapa yang rugi? Yang rugi adalah para pemimpin republik karena hubungan mereka dengan rakyat diputus oleh pagar betis pemuda dan amuk massa di setiap sudut kota. Kendali mereka menjadi sangat lemah. Begitu pula yang paling rugi dari hilangnya Otista adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik.
Hal itu diakui secara jujur oleh Presiden Sukarno (kantor berita Antara, 29/09/1950) bahwa Otista memang salah seorang putra Indonesia yang banyak sekali jasanya kepada tanah air dan bangsa. “Kalau umpamanya Tuan Oto sekarang ini masih hidup, sudah tentu beliau akan memberi lagi jasa-jasanya yang besar kepada negara kita ini dan banyak kesulitan yang kita hadapi sekarang ini lebih mudah diatasi.”
Kerugian juga dirasakan oleh warga Jawa Barat, masyarakat yang sejak awal 1930-an sudah dipersiapkan Otista untuk menyongsong kemerdekaan. Melalui Paguyuban Pasundan yang dipimpinnya sejak 1931, Otista terus-menerus menggelorakan semangat kemerdekaan melalui persatuan, kedisiplinan, dan kesungguhan bekerja. Kerugian orang Sunda atas hilangnya Otista itu tidak hanya dari aspek politik, tetapi juga dari aspek sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya.
Dari aspek sosial-pendidikan-ekonomi adalah kesulitan dalam menghidupkan kembali Paguyuban Pasundan. Sebagaimana diketahui, Paguyuban Pasundan ketika dibubarkan pada 1942 sedang dalam puncak keemasannya. Organisasi massa ini bergerak di banyak bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Ada rumah sakit dan sekolah. Ada koperasi dan perbankan. Ada penerbitan dan percetakan. Ada organisasi perempuan dan pemuda dan banyak hal lain lagi. Dalam aspek kebudayaan, kerugian orang Sunda adalah hilangnya keseimbangan kepemimpinan.
**
Apakah kita sudah cukup menghormati jasa Otista? Tokoh Sunda ini sudah jadi Pahlawan Nasional. Ia juga sudah jadi nama jalan-jalan protokol di berbagai kota besar dan kecil. Dari sisi formal mungkin sudah memadai. Akan tetapi dari sisi kepentingan yang lebih luas, untuk tumbuh kembangnya budaya Sunda ke depan, rasanya kita masih perlu untuk lebih memberi lagi penghormatan. Umpamanya, membuatkan sebuah museum yang didekasikan untuk mengenang jasa dan perjuangannya (Lihat Museum Oto Iskandar di Nata: Sebuah Mimpi).
Oto Iskandar di Nata hidup hampir tanpa cela dan mati sebagai syahid. Mengenang Otista adalah seperti mengisi kembali bahan bakar yang hampir habis. Totalitasnya pada perjuangan benar-benar berakhir pada titik darahnya yang penghabisan. Sebagaimana pernah diamanatkan Otista, “Perbuatan yang harus dan mesti kita kerjakan sudah tentu adalah berjuang untuk menang”. Itulah panduan generasi Sunda sekarang, berjuang dan menang.
Kongres Pemuda Sunda (5-7 November 1956), memproklamasikan Oto Iskandar di Nata sebagai Bapak Sunda. “Yen Dewi Sartika jeung Oto Iskandar di Nata kudu dipieling ku urang Sunda saban taun minangka Ibu jeung Bapa Sunda” (Bahwa Dewi Sartika dan Oto Iskandar di Nata harus diperingati oleh orang Sunda setiap tahun sebagai Bapak dan Ibu Sunda). Proklamasi itu benar adanya. Memang, sudah selayaknya kalau Otista dijadikan sebagai Bapak Sunda. (Iip D. Yahya, dari berbagai sumber) ***
Senin, 24 Desember 2007
Misteri itu berawal pada 10 Desember 1945, ketika mantan Menteri Negara itu diculik Lasykar Hitam atas tuduhan sebagai mata-mata NICA. Sepuluh hari berselang, Otista dibunuh di Pantai Mauk Tangerang. Kasusnya mulai diselidiki pada 1951. Enam tahun kemudian, kasus itu disidangkan dan berakhir pada 1959. Moch. Mujitaba bin Murkam, salah seorang yang terlibat penculikan dan pembunuhan, kemudian dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Mengusut kasus Otista memang sulit dan sangat kompleks. Selain keterbatasan kemampuan aparat saat itu, penyelidikan yang baru dimulai lima tahun setelah kejadian, tentu saja mengganggu bahkan menghilangkan bekas dan bukti kasus.
Adalah Moch. Enduh, polisi yang sudah melakukan penyelidikan sejak 1951. Berkat kegigihan Komisaris Polisi II itu lah, Mujitaba berhasil ditangkap pada 1956. Pengadilan kasus Otista pun berlangsung alot. Setelah 12 orang saksi berhasil dihadirkan di muka sidang, Mujitaba terus membantah telah membunuh Otista. Namun, ia tak bisa menolak keterlibatannya dalam peristiwa itu.
Pengadilan dipimpin Hakim Raffli Rasad dan jaksa R. Sutisna, Sirin St. Pangeran, dan Priyatna Abdulrasyid, yang bertugas secara bergantian. Sementara itu, pembelanya ialah Harjono Tjokrosubeno. Kepada Jaksa Priyatna, Mujitaba sempat “bernyanyi” soal keterlibatan sejumlah orang yang saat itu telah menjadi tokoh nasional. Sayang, upaya Priyatna untuk melakukan pengusutan lebih lanjut ditolak pengadilan.
**
Upaya mencari kaitan kematian Otista dengan Lasykar Hitam ternyata tidak membuahkan hasil memuaskan. Lasykar Hitam hanyalah pelaku lapangan. Organ itu bergerak di bawah Direktorium pimpinan K.H. Achmad Chairun, yang saat itu (1945-1946), mengambil alih pemerintahan Tangerang. Kepentingan rezim Chairun ini juga lemah sebab mereka memisahkan diri dari RI. Untuk apa mereka menculik “pengkhianat” RI kalau mereka sendiri tidak mengakui RI.
Rezim Chairun lebih tepat dikatakan telah “diorder” untuk menculik Otista. Lalu ditugaskanlah Lasykar Hitam yang menjadi inti dari Pasukan Berani Mati pimpinan Syekh Abdullah. Belum ditemukan informasi yang kuat, siapa mastermind yang “mengorder” penculikan dan pembunuhan itu.
Asumsi pada skenario ini adalah sedikitnya pengetahuan para pelaku terhadap sosok Otista. Di pengadilan, hampir semua saksi mengaku tidak mengenal Otista sebelumnya, kecuali Djumadi yang anggota BKR. Mereka hanya dibekali informasi bahwa Otista adalah “Mata-mata musuh yang menjual kota Bandung satu miliun!” Tidak jelas apakah dalam bentuk gulden atau rupiah. Adanya tuduhan ini faktual karena diakui dalam proses pengadilan. Lalu, dari mana angka satu miliun itu?
Ketika tentara Jepang panik karena pasukan Sekutu sudah tiba di Indonesia, sebagian dari mereka kebingungan dengan sejumlah dana yang terkumpul pada masa pendudukan. Di antara dana itu ada yang diserahkan kepada sejumlah tokoh sebagai bekal perjuangan. Menurut sumber yang masih harus diverifikasi, Otista adalah salah seorang yang menerima dana titipan itu. Seorang Jepang yang kemudian membantu perjuangan gerilya RI, mengakui pernah menyerahkan sejumlah uang kepada Otista. Demikianlah kira-kira sebab musabab adanya tuduhan Otista punya uang 1 juta itu.
**
Dengan hilangnya Otista, Bandung dan Jawa Barat kehilangan salah seorang pemimpinnya yang paling penting. Kepemimpinan di Bandung pun jadi cerai-berai. Jawa Barat dipimpin orang non-Sunda, sementara tokoh Sunda malah jadi pemimpin di daerah lain. Kekuatan kaum nasionalis di Bandung seolah kehilangan arah dan tumpuan. Mereka terjebak dalam situasi saling curiga. Oleh karena itulah Sekutu “lebih mudah” menaklukkan Bandung.
Apakah Lasykar Hitam dan Direktorium rezim Achmad Chairun diuntungkan dengan perbuatannya? Tidak. Yang mereka lakukan terbukti sia-sia belaka dan tidak menambah apa pun untuk perjuangan Republik selain penyesalan. Mereka malah mengotori perjuangan Republik karena memisahkan diri. Dalam konteks perjuangan yang lebih luas mereka juga bagian dari korban. Korban provokasi tokoh yang berkhianat atau korban intelijen musuh.
Apakah –kalau benar ada– kawan Otista yang berkhianat itu yang beruntung? Tidak juga. Sejarah kemudian mencatat bahwa Otista tidak bersalah dan namanya sudah dipulihkan dengan pengangkatannya sebagai Pahlawan Nasional. Sebaliknya sang kawan itu mungkin sampai akhir hayatnya memendam rasa takut dan sesal. Perbuatannya terbukti hanya merusak kesatuan perjuangan Republik.
Lalu siapa yang rugi? Yang rugi adalah para pemimpin republik karena hubungan mereka dengan rakyat diputus oleh pagar betis pemuda dan amuk massa di setiap sudut kota. Kendali mereka menjadi sangat lemah. Begitu pula yang paling rugi dari hilangnya Otista adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik.
Hal itu diakui secara jujur oleh Presiden Sukarno (kantor berita Antara, 29/09/1950) bahwa Otista memang salah seorang putra Indonesia yang banyak sekali jasanya kepada tanah air dan bangsa. “Kalau umpamanya Tuan Oto sekarang ini masih hidup, sudah tentu beliau akan memberi lagi jasa-jasanya yang besar kepada negara kita ini dan banyak kesulitan yang kita hadapi sekarang ini lebih mudah diatasi.”
Kerugian juga dirasakan oleh warga Jawa Barat, masyarakat yang sejak awal 1930-an sudah dipersiapkan Otista untuk menyongsong kemerdekaan. Melalui Paguyuban Pasundan yang dipimpinnya sejak 1931, Otista terus-menerus menggelorakan semangat kemerdekaan melalui persatuan, kedisiplinan, dan kesungguhan bekerja. Kerugian orang Sunda atas hilangnya Otista itu tidak hanya dari aspek politik, tetapi juga dari aspek sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya.
Dari aspek sosial-pendidikan-ekonomi adalah kesulitan dalam menghidupkan kembali Paguyuban Pasundan. Sebagaimana diketahui, Paguyuban Pasundan ketika dibubarkan pada 1942 sedang dalam puncak keemasannya. Organisasi massa ini bergerak di banyak bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Ada rumah sakit dan sekolah. Ada koperasi dan perbankan. Ada penerbitan dan percetakan. Ada organisasi perempuan dan pemuda dan banyak hal lain lagi. Dalam aspek kebudayaan, kerugian orang Sunda adalah hilangnya keseimbangan kepemimpinan.
**
Apakah kita sudah cukup menghormati jasa Otista? Tokoh Sunda ini sudah jadi Pahlawan Nasional. Ia juga sudah jadi nama jalan-jalan protokol di berbagai kota besar dan kecil. Dari sisi formal mungkin sudah memadai. Akan tetapi dari sisi kepentingan yang lebih luas, untuk tumbuh kembangnya budaya Sunda ke depan, rasanya kita masih perlu untuk lebih memberi lagi penghormatan. Umpamanya, membuatkan sebuah museum yang didekasikan untuk mengenang jasa dan perjuangannya (Lihat Museum Oto Iskandar di Nata: Sebuah Mimpi).
Oto Iskandar di Nata hidup hampir tanpa cela dan mati sebagai syahid. Mengenang Otista adalah seperti mengisi kembali bahan bakar yang hampir habis. Totalitasnya pada perjuangan benar-benar berakhir pada titik darahnya yang penghabisan. Sebagaimana pernah diamanatkan Otista, “Perbuatan yang harus dan mesti kita kerjakan sudah tentu adalah berjuang untuk menang”. Itulah panduan generasi Sunda sekarang, berjuang dan menang.
Kongres Pemuda Sunda (5-7 November 1956), memproklamasikan Oto Iskandar di Nata sebagai Bapak Sunda. “Yen Dewi Sartika jeung Oto Iskandar di Nata kudu dipieling ku urang Sunda saban taun minangka Ibu jeung Bapa Sunda” (Bahwa Dewi Sartika dan Oto Iskandar di Nata harus diperingati oleh orang Sunda setiap tahun sebagai Bapak dan Ibu Sunda). Proklamasi itu benar adanya. Memang, sudah selayaknya kalau Otista dijadikan sebagai Bapak Sunda. (Iip D. Yahya, dari berbagai sumber) ***
Senin, 24 Desember 2007
Selasa, 01 Desember 2009
Kiat agar Otak Tetap Tajam Sampai Tua
Selasa, 1 Desember 2009 | 12:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Saat memasuki usia 30-an, kemampuan berpikir seseorang bisa saja mulai menurun. Bahkan menginjak usia 60-an, penuaan sel-sel saraf dalam otak tak bisa terhindarkan, sehingga kerap memicu terjadinya kepikunan atau demensia.
Meski proses penuaan ini tidak dapat dihindari, namun ada upaya yang dilakukan supaya kepikunan dapat dihindari atau setidaknya ditunda. Menurut para ahli, kepikunan dapat dihindari dengan membiasakan gaya hidup sehat dan melakukan stimulasi kognitif agar sel-sel otak terus aktif. Dengan begitu, sel-sel saraf akan terus menghasilkan zat neurotransmitter yang dibutuhkan otak.
Nah..supaya kemampuan otak Anda terpelihara sampai tua. Ada baiknya Anda melakukan beberapa aktivitas di bawah ini disesuaikan dengan usia.
Usia 30-an:
Flossing setiap hari :
Kebiasaan menyukai permen dan melupakan flossing ada kesamaannya. Keduanya sama-sama berkontribusi menimbulkan plak pada gigi, dan juga ternyata sangat buruk pada otak anda.
“Plak di antara gigi dapat menyebabkan reaksi imun yang dapat menyerang arteri, sehingga tak dapat mengirim nutrisi yang vital ke sel otak,” ucap Michael Roizen, MD, penulis YOU-The Owner’s Manual: An Insider’s Guide to the Body that Will Make You Healthier and Younger. Lalu apa solusinya? Lakukan flossing setiap hari saat mengawali aktivitas di pagi hari.
Makan ikan :
Tengoklah ke laut untuk memberi "makan" otak Anda makan. DHA, sejenis asam lemak omega 3 yang dapat ditemukan di salmon, ikan trout, dan beberapa makanan fortifikasi, seperti yoghurt dapat meningkatkan daya ingat anda.
“DHA menurunkan peradangan arteri dan meningkatkan perbaikan lapisan pelindung di sekitar saraf, “ kata Dr. Roizen. “Hasilnya, berkaitan dengan umur, berkurangnya penurunan ingatan, berkurangnya penyakit Alzheimer, depresi, dan pikiran yang lebih cepat.”
Usia 40-an
Curi mainan Si Kecil :
Ada versi baru Kubus Rubik yang pernah anda cintai sewaktu kecil. Bentuknya tiga dimensi seperti 360 derajat dan ini sangat baik untuk otak di setiap umur, karena dapat mempertajam kemampuan menyelesaikan masalah, ucap ahli psikologi saraf, Karen Spangenberg Postal, PhD, yang juga presiden Massachusetts Psychological Association.
Kuncinya : Saat anda bermain, anda bekerja dengan memori, strategi dan ketrampilan spasial yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan otak. Bagaimana kalau anda frustasi bermain Kubus? Jangan khawatir: setiap permainan yang menuntut anda berpikir akan sangat membantu.
Sempatkan olahraga :
Paculah detak jantung anda tiga kali dalam seminggu selama 20 menit. Bahkan hanya dengan berjalan kaki, akan memasok otak Anda dengan oksigen dan membantunya menumbuhkan sel baru.
"Latihan aerobik dua hingga tiga kali sama efektifnya seperti aktivitas latihan otak,” ucap Sam Wang, PhD, Professor ilmu saraf di Princeton University dan penulis Welcome to Your Brain: Why You Lose Your Car Keys but Never Forget How to Drive dan Other Puzzles of Everyday Life.
Tak masalah jika anda tak punya waktu untuk ke gym pada akhir minggu.
Penelitian terbaru menunjukkan, olahraga sedang hingga berat meski
hanya sekali seminggu (misalnya joging akhir pekan) dapat membuat
anda 30 persen mempertahankan fungsi kognitif anda seperti usia anda.
Mulailah klub bridge :
Jika Anda bosan dengan klub buku dan lelah dengan pesta malam, permainan kartu bridge cepat dianjurkan oleh para dokter. Kombinasi strategi dan memori pada bridge menantang otak untuk mempelajari informasi baru dan melatih sel-sel sehingga tidak mati, ucap Dr Postal. Bersosialisasi sambil bermain kartu pun memberi penyegaran bagi otak, yang tak dapat ditawarkan pada permainan solo.
Umur 50an ke atas
Pakailah sumpit
Penelitian menunjukkan bahwa dengan melibatkan sel-sel saraf di ujung jari secara langsung merangsang otak Anda," kata Maoshing Ni, PhD, penulis Second Spring: Dr. Mao’s Hundreds of Natural Secrets for Women to Revitalize and Regenerate at Any Age.
Memakai sumpit, merajut, atau bermain dengan pen atau pensil di antara jemari anda, dapat membantu otak dengan meningkatkan peredaran darah.
Bermain video game
Anda tak perlu merasa terlalu tua bermain Wii atau permainan lainya yang melatih otak.”Saat ada sesuatu yang baru dalam video game, anda akan merangsang berbagai bagian otak yang biasanya tidak anda gunakan dari hari ke hari," kata Reon Baird, PhD, ahli psikologi saraf dari Long Beach Memorial Medical Center.
Hati-hati dengan Obat-obatan
Hati-hati menggunakan pil tidur atau penghilang rasa sakit. Penelitian di Clinical Interventions in Aging menunjukkan obat-obatan tanpa resep dapat menyebabkan “kerusakan kognitif” seperti kebingunan pada orang paruh baya. Obat yang dikenal sebagai diphenhydramine (banyak terdapat pada obat alergi dan penghilang rasa sakit pada malam hari) memiliki efek “anticholinergic”, yang memblok hubungan antar sel saraf.
M14-09
Editor: acandra
Sumber : Times of India
JAKARTA, KOMPAS.com - Saat memasuki usia 30-an, kemampuan berpikir seseorang bisa saja mulai menurun. Bahkan menginjak usia 60-an, penuaan sel-sel saraf dalam otak tak bisa terhindarkan, sehingga kerap memicu terjadinya kepikunan atau demensia.
Meski proses penuaan ini tidak dapat dihindari, namun ada upaya yang dilakukan supaya kepikunan dapat dihindari atau setidaknya ditunda. Menurut para ahli, kepikunan dapat dihindari dengan membiasakan gaya hidup sehat dan melakukan stimulasi kognitif agar sel-sel otak terus aktif. Dengan begitu, sel-sel saraf akan terus menghasilkan zat neurotransmitter yang dibutuhkan otak.
Nah..supaya kemampuan otak Anda terpelihara sampai tua. Ada baiknya Anda melakukan beberapa aktivitas di bawah ini disesuaikan dengan usia.
Usia 30-an:
Flossing setiap hari :
Kebiasaan menyukai permen dan melupakan flossing ada kesamaannya. Keduanya sama-sama berkontribusi menimbulkan plak pada gigi, dan juga ternyata sangat buruk pada otak anda.
“Plak di antara gigi dapat menyebabkan reaksi imun yang dapat menyerang arteri, sehingga tak dapat mengirim nutrisi yang vital ke sel otak,” ucap Michael Roizen, MD, penulis YOU-The Owner’s Manual: An Insider’s Guide to the Body that Will Make You Healthier and Younger. Lalu apa solusinya? Lakukan flossing setiap hari saat mengawali aktivitas di pagi hari.
Makan ikan :
Tengoklah ke laut untuk memberi "makan" otak Anda makan. DHA, sejenis asam lemak omega 3 yang dapat ditemukan di salmon, ikan trout, dan beberapa makanan fortifikasi, seperti yoghurt dapat meningkatkan daya ingat anda.
“DHA menurunkan peradangan arteri dan meningkatkan perbaikan lapisan pelindung di sekitar saraf, “ kata Dr. Roizen. “Hasilnya, berkaitan dengan umur, berkurangnya penurunan ingatan, berkurangnya penyakit Alzheimer, depresi, dan pikiran yang lebih cepat.”
Usia 40-an
Curi mainan Si Kecil :
Ada versi baru Kubus Rubik yang pernah anda cintai sewaktu kecil. Bentuknya tiga dimensi seperti 360 derajat dan ini sangat baik untuk otak di setiap umur, karena dapat mempertajam kemampuan menyelesaikan masalah, ucap ahli psikologi saraf, Karen Spangenberg Postal, PhD, yang juga presiden Massachusetts Psychological Association.
Kuncinya : Saat anda bermain, anda bekerja dengan memori, strategi dan ketrampilan spasial yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan otak. Bagaimana kalau anda frustasi bermain Kubus? Jangan khawatir: setiap permainan yang menuntut anda berpikir akan sangat membantu.
Sempatkan olahraga :
Paculah detak jantung anda tiga kali dalam seminggu selama 20 menit. Bahkan hanya dengan berjalan kaki, akan memasok otak Anda dengan oksigen dan membantunya menumbuhkan sel baru.
"Latihan aerobik dua hingga tiga kali sama efektifnya seperti aktivitas latihan otak,” ucap Sam Wang, PhD, Professor ilmu saraf di Princeton University dan penulis Welcome to Your Brain: Why You Lose Your Car Keys but Never Forget How to Drive dan Other Puzzles of Everyday Life.
Tak masalah jika anda tak punya waktu untuk ke gym pada akhir minggu.
Penelitian terbaru menunjukkan, olahraga sedang hingga berat meski
hanya sekali seminggu (misalnya joging akhir pekan) dapat membuat
anda 30 persen mempertahankan fungsi kognitif anda seperti usia anda.
Mulailah klub bridge :
Jika Anda bosan dengan klub buku dan lelah dengan pesta malam, permainan kartu bridge cepat dianjurkan oleh para dokter. Kombinasi strategi dan memori pada bridge menantang otak untuk mempelajari informasi baru dan melatih sel-sel sehingga tidak mati, ucap Dr Postal. Bersosialisasi sambil bermain kartu pun memberi penyegaran bagi otak, yang tak dapat ditawarkan pada permainan solo.
Umur 50an ke atas
Pakailah sumpit
Penelitian menunjukkan bahwa dengan melibatkan sel-sel saraf di ujung jari secara langsung merangsang otak Anda," kata Maoshing Ni, PhD, penulis Second Spring: Dr. Mao’s Hundreds of Natural Secrets for Women to Revitalize and Regenerate at Any Age.
Memakai sumpit, merajut, atau bermain dengan pen atau pensil di antara jemari anda, dapat membantu otak dengan meningkatkan peredaran darah.
Bermain video game
Anda tak perlu merasa terlalu tua bermain Wii atau permainan lainya yang melatih otak.”Saat ada sesuatu yang baru dalam video game, anda akan merangsang berbagai bagian otak yang biasanya tidak anda gunakan dari hari ke hari," kata Reon Baird, PhD, ahli psikologi saraf dari Long Beach Memorial Medical Center.
Hati-hati dengan Obat-obatan
Hati-hati menggunakan pil tidur atau penghilang rasa sakit. Penelitian di Clinical Interventions in Aging menunjukkan obat-obatan tanpa resep dapat menyebabkan “kerusakan kognitif” seperti kebingunan pada orang paruh baya. Obat yang dikenal sebagai diphenhydramine (banyak terdapat pada obat alergi dan penghilang rasa sakit pada malam hari) memiliki efek “anticholinergic”, yang memblok hubungan antar sel saraf.
M14-09
Editor: acandra
Sumber : Times of India
Langganan:
Postingan (Atom)