Selasa, 23 November 2010

Malunya Negeri Ini

oleh baraya.iya sendiri

Heran, bingung, aneh, sekaligus terharu dan bangga, itu mungkin ungkapan saya yang paling dalam yang pertama kali saya rasakan ketika membaca sebuah artikel yang ada pada harian umum PIKIRAN RAKYAT edisi hari Selasa, 23 November 2010. Mengapa kok bisa? itu pikiran saya seleah membaca artikel tersebut, mengapa? karena pada artikel tersebut dituliskan bahwa gara-gara becanda yang kebablasan Menteri Kehakiman Jepang Minoru Yanagida mengundurkan diri. Sigana mun cek urang sunda mah "heureuy meunang ngan tong kalelewihi" itu mungkin yang bisa dikatakan. Tetapi bila membaca artikel tersebut saya sangat heran juga, karena dia (menteri kehakimah)hanya mengeluarkan heureuy yang dinegara kita mungkin biasa-biasa saja, karena hanya bicara "Saya menolok berkomentar pada setiap kasus Individual" dan "Saya bertindak sesuai dengan hukum dan bukti yang tersedia". Mungkin hal yang sepele untuk di negara kita. Padahal kalau kita ingat baik-baik sejarah negeri ini, banyak sekali para gegeden yang sudah salah, geus kabukti belangna mereka masih tetap ingin menuntaskan jabatan mereka, dengan dalih "Jika saya mundur berarti saya lari dari tanggung jawab" padahal sudah jelas-jelas salah. Apakah itu hal yang baik? apakah itu hal yang pantas? itu mungkin yang jadi pertanyaan buat kita.

Kalau boleh diri ini berkata, mungkin bangsa kita tidak terbiasa dengan budaya malu, atau mungkin budaya malunya ada tetapi hanya beberapa persen, atau mungkin bangsa kita terbiasa dengan kesalahan bersama-sama sehingga yang berada di jalan benar itu yang jadi oknum, atau memang bangsa kita tidak punya malu sama sekali. Di bangsa ini mungkin kalau kita ingin berada di jalan yang benar memang sangat susah. Jadi jika ingin berkecimpung dengan keadaan serba kongkalikung ini harus sudah siap menutup mata, menutup telinga dan diri kita dari kebenaran yang seharusnya di tegakkan dan dilakukan.

Pantas saja negara kita tidak beranjak dari negara yang katanya berkembang atau mungkin sebenarnya sangat miskin karena mentalitas para pejabat dan anggota dewannya yang tidak punya rasa malu. Jangankan pejabat tinggi, pegawai rendahan saja berani bertindak diluar aturan yang sudah ditentukan seperti kasus kecil yang biasa kita alami, misalnya pembuatan ktp, kartu keluarga dan lain-lain. Dalam aturan Perda sudah ditentukan bahwa biaya membuat KTP atau kartu keluarga tidak dipungut biaya sama sekali, tapi pada kenyataannya? masih saja terjadi pungutan di sani-sini. Kalau kita ingat baik-baik dan kalau saya tidak salah bahwa rasa malu itu adalah bagian dari iman kita kepada Tuhan sebesar apakah iman kita kepada-Nya, mari kita ukur masing-masing.

Tapi menyalahkan para pejabat, anggota dewan serta aparat pemerintah mungkin tidak benar juga, karena kita selaku warga masyarakatnya pun membiarkan hal itu terus terjadi. Adakalanya kita sebagai warga tidak mau di buat sesuai dengan aturan yang ada, inginnya lewat calo, ataw lewat jalan pintas dan belakang, malah ingin cepatnya saja dengan dalih ini dan itu. Itupun kelihatannya juga mendukung keadaan negara kita seperti sekarang ini, benar atau tidak mungkin jika kita bertanya kepada hati kecil kita pertanyaan itu bisa dijawab dengan jujur.

Jadi,apa yang bisa kita sumbangkan kepada saudara,teman,istri,anak,tetangga agar negara ini bisa menjadi lebih baik? Mungkin dengan sedikit menanamkan rasa malu jika kita melakukan kesalahan, meminta maaf, mengakui kesalahan dan bertobat untuk tidak melakukan hal itu kembali. Juga belajar untuk menahan diri tidak melakukan jalan pintas.

semoga saja bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar