Rabu, 18 November 2009

Kosmologi Sunda Sarat Cinta Kasih

BANDUNG, KOMPAS.COM--Kosmologi Sunda adalah seni budaya Sunda yang sarat akan cinta antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan yang sifatnya berupa satu kesatuan keseimbangan emosi dan spiritual manusia yang saat ini sedang digembar-gemborkan dalam sebuah tes.

"Manusia sekarang sibuk dengan tes ESQ (Emotional Spiritual Quatation). Padahal, dari dulu budaya kita telah mengajarkan itu," kata seniman Kosmologi Sunda Karlina Adikusumah di Bandung, Kamis.

Dikatakannya, Kosmologi Sunda tersebut bisa kita lihat pada seni tari dan musik Tarawangsa yang lahir di Sumedang, Jawa Barat.

"Tarawangsa adalah seni tari dan musik yang hampir punah. Di Sumedang, kini tinggal satu kampung yang masih menjaga kelestarian Tarawangsa, yaitu di Rancakalong. Alat musiknya adalah kecapi dan rebab, tapi didesain khusus. Jadi, suaranya khas,"jelas Karlina.

Kecapi tersebut memiliki 7 senar, sedangkan rebab hanya memiliki 2 senar dan ia digesek menggunakan sebuah penggesek yang mirip penggesek biola.

Kata Karlina, tari Tarawangsa ini adalah sebuah "ruwat jagad." Artinya, tarian ini dilakukan untuk penyelamatan bumi dan bentuk ucapan syukur kepada Tuhan karena telah memberikan padi dan panen.

Karlina menerangkan, budaya-budaya Indonesia, khususnya tari Tarawangsa, sering dianggap sebagai sesuatu yang mistis. Padahal, kata dia, tari itu adalah sesuatu yang spiritual.

"Ini adalah bentuk spiritual murni. Ini membuat orang-orang berkarya tanpa logika dan bergerak dengan hati nurani. Maka, hasilnya adalah kepuasan batin, bukan kepuasan material. Karena material menghilangkan moral dan kerusakan moral menghancurkan seni," kata Karlina.

Tony, seorang perupa Kosmologi Sunda, mengatakan, "Hidup akan memberikan kita energi positif. Jika kita mengenal dan mengerti kata ’enjoy’. Itulah yang diajarkan oleh Kosmologi Sunda. Jika ’enjoy’, orang tidak akan malu untuk berkarya, orang tidak akan stres, orang akan menikmati semuanya yang diberikan alam."

Tony adalah orang yang membawa ajaran Kosmologi Sunda ke Belgia. Dikatakannya, ratusan orang di Belgia tertarik belajar seni ini. Salah satunya adalah Bernadette Van de Maele.

"Saya sangat tertarik akan budaya Indonesia. Namun, sangat sedikit referensi yang saya dapat untuk mempelajari budaya Indonesia. Tahun 2000, saya bertemu dengan Tony. Saya diajarkan Kosmologi Sunda dan saya merasakan energi spiritual itu bukan masuk ke kepala, tapi masuk ke dalam hati. Sejak itulah saya mendalam Kosmologi Sunda," ujar Bernedette.

Dikatakan, tiap satu tahun sekali, Bernadette datang ke Indonesia untuk menyosialisasikan Tarawangsa. Orang Belgia asli ini sangat bangga dengan kebudayaan Indonesia, khususnya budaya Sunda.

"Budaya Sunda mengajarkan manusia untuk selalu berhubungan baik dengan alam. Ini sangat berbeda dengan budaya Barat. Di Barat, kami yang mendominasi alam," katanya. Dalam acara Event Budaya Kosmologi Sunda yang diadakan di Universitas Pasundan (Unpas) Bandung tersebut, Bernadette merancang sebuah pintu masuk dari bambu yang dirancang sedemikian rupa.

"Filosofinya, bambu itu melambangkan alam dan kosong di tengahnya. Intinya, manusia harus mengosongkan hati dan pikirannya dari segala beban. Jadi, manusia bisa merespon sesuatu yang baru tanpa terbebani," katanya.

Event Budaya Kosmologi Sunda ini adalah hasil kerja sama antara dosen di tiap fakultas di Unpas, para mahasiswa, dan budayawan-budayawan Sunda.

Proyek ini, intinya adalah mengkomunikasikan seni budaya ke dalam seni visual. Jadi, seluruh aspek yang ada di Unpas ini bukan lagi berupa sektoral, tapi berupa satu kesatuan.

"Yang membuat kami bangga, ternyata mahasiswa sangat antusias untuk ikut serta dalam mensukseskan acara budaya ini," kata Anne Nurfarina, Dra, M.Sn, Ketua Pelaksana Budaya Kosmologi Sunda.



Sumber:www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar